Meneduhkan Pikiran (Hsi Hsin Ming)

Shih Wang Ming (abad ke 6 M)

Terlalu banyak pengetahuan menimbulkan aktivitas berlebihan;
Lebih baik meneduhkan pikiran.
Semakin engkau menimbang-nimbang, semakin besarlah kerugiannya;
Lebih baik menyatukan pikiran.

Berpikir berlebihan akan melemahkan kehendak.
Semakin banyak engkau tahu, semakin pikiranmu kacau.
Pikiran yang kacau memunculkan kekesalan.
Kehendak yang melemah akan menghalangi Tao’*1.

Jangan katakan ini tak ada ruginya;
Rasa sakit yang timbul dapat berlangsung selamanya.
Jangan kira tiada yang perlu ditakutkan;
Malapetaka menggelegak seperti gelembung di panci perebus.

Air yang menetes tanpa henti,
Akan memenuhi keempat lautan.
Butir-butir debu yang tidak disapu
Akan menjadi kelima gunung ’*2.

Lindungi cabang untuk menyelamatkan akar;
Meski kecil, namun tidaklah remeh.
Kunci ke tujuh lubang’*3,
Tutup keenam indera’*4.

Tidak pedulikan rupa;
Jangan dengar suara.
Mendengar suara engkau menjadi tuli,
Engkau menjadi buta dengan mengamati rupa.

Sastra dan seni
Hanyalah ngengat yang sibuk di udara
Teknik dan kemampuan,
Bak sebuah lentera terkucil di matahari.

Mereka yang mampu dan berbakat
Adalah sungguh orang-orang yang bodoh.
Membuang yang murni dan simpel
Mereka tenggelam dalam terlalu banyak pesona kecantikan.

Kesadaran adalah seekor kuda liar,
Pikiran seekor kera bengal.
Jika semangat terlalu aktif,
Tubuh akan sakit dan mati.

Perbuatan keliru berujung pada delusi;
Mereka yang menapaki jalan ini terpeloksok dalam lumpur.
(Silau) memandang kemampuan sebagai sesuatu yang berharga
Bisa dinamakan kebingungan.

Membesar-besarkan kecanggungan dan mendambakan keterampilan
Takkan membawa kebajikan besar.
Yang punya nama baik namun sedikit saja sumbangannya,
Reputasi mereka dengan cepat runtuh.

Cuma sekedar membaca buku
Tak mempunyai nilai yang awet.
Berbangga di dalam hati
Menimbulkan rasa permusuhan dari orang lain.
Menggunakan ucapan
Atau kata-kata tertulis
Untuk mendapatkan pujian dari orang lain
Adalah hal yang paling menjijikan.

Apa yang oleh orang biasa dipandang bertuah
Orang bijak menganggapnya jahat.
Kenikmatan yang diperoleh cepat berlalu,
Namun kesusahannya kekal-abadi.

Berhati-hatilah terhadap bayang-bayang dan jejak;
Semakin jauh engkau meninggalkannya, semakin baik.
Duduk tegak dalam payungan sebatang pohon,
Jejak maupun bayang-bayang tiada lagi yang tersisa.

Cemas tentang kelahiran dan sedih karena usia tua
Adalah hasil dari pemikiranmu sendiri.
Jika pikiran berhenti berpikir,
Kelahiran dan kematian selamanya terputus.

Tidak mati, tidak terlahir,
Tanpa rupa atau nama,
Tao adalah kosong dan hening.
Ribuan fenomena adalah sama saja.

Apakah yang berharga? Apakah yang murah?
Dimanakah adanya rasa malu atau kemuliaan?
Apakah yang unggul atau rendah?
Bagaimana bisa ada berat dan ringan?

Langit jernih membuat kemurnian menjadi malu.
Tiada kecerahan sebanding dengan matahari yang cemerlang.
Tegar ibarat Gunung T’ai;
Kokoh bagaikan dinding emas.

Dengan penuh hormat kupersembahkan syair ini
Kepada segala makhluk mulia
Sehingga Tao ini akan tetap hidup sepanjang masa.

Penjelasan:
*1.     Istilah Tao maksudnya adalah Jalan atau Kebenaran, jangan disalah artikan dengan aliran Taoist.
*2.    Lima gunung gunung di Cina yang mempunyai hubungan sacral dengan sang Buddha ( Analog dengan lima gunung keramat di India) : Ching Shan, Pei Shan, Nan Shan, King Asoka Shan, T’ai Po Shan.
*3.    Tujuh lubang : dua mata, dua telinga, dua cuping hidung, dan mulut.
*4.    Enam indera : penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, sentuhan dan persepsi mental.

Sumber Buku: Zen, Melatih Kucing Menangkap Tikus, Oleh Master Sheng Yen Litt.D; Penerbit Suwung.